Minggu, 15 Maret 2009

Sebuah talkshow yang sangat menarik, dan dari pengakuan sang pelaku seks bebas, ia meyakini ada satu cara menghentikan kebiasaannya ? apakah itu ? silahkan disimak..



19 Februari 2003 (lima hari sesudah Valentine’s Day)
Acara “Duduk Perkara” TV7, pk. 21.30-22.30 WIB
Tema: Seks Bebas di Kalangan Remaja SMP
Narasumber: dr. Boyke, Tika Bisono (psikolog), ‘Bunga’ (3 SMP)

Pembawa acara (entah siapa namanya) mengutarakan bahwa saat ini seks
bebas telah marak dan menjadi trend di kalangan remaja SMP. Kalo dulu
pelakunya hanya satu dua dari kalangan menengah atas, kini sudah umum
dan bukan hanya dari kalangan itu. Kalo dulu penyebabnya karena
kurangnya kasih sayang, kini penyebabnya karena cari kesenangan
biologis. Begitu katanya. Untuk memperkuat sinyalemen ini, pembawa
acara mengajukan pertanyaan2 (yg sudah disiapkan) kepada Bunga.
Namun, sebagian besar pertanyaan2nya terkesan kurang memenuhi
kualifikasi ilmiah. Contohnya, ditanyakan “Apakah engkau merasa
kotor?” Mudah ditebak, Bunga (yg hingga kini sudah lebih dari dua
tahun menjalani kebiasaan seks bebas) menjawab, “Tidak.” Contoh lain,
ditanyakan bagaimana keadaan perekonomian keluarga, apakah serba
kecukupan ataukah kekurangan. Jawabannya, “Cukup, biasa2 saja.”
Jawaban yg terlalu subyektif ini tidak diselidiki lebih lanjut.
Tampaknya kurang ada upaya untuk obyektif. Atau jangan2 Bunga sengaja
digiring untuk memberi jawaban yg sesuai dengan kehendak pembawa
acara.

“Apakah di sekolahanmu seks bebas ini dilakukan satu dua orang saja?”
“Nggak. Semua teman saya seperti saya.” Lagi2 jawaban subyektif ini
tidak diteliti lebih jauh. Aku khawatir, sebagian pemirsa akan
semakin memiliki alasan pembenar untuk coba2 melakukan seks bebas
dengan dalih, “Toh semua orang melakukannya.” Aku tidak yakin apakah
pemirsa cukup jeli menyimak informasi dari dr. Boyke (di menit lain)
bahwa angkanya kurang dari 5 persen. (Itu pun dari responden yg
diteliti, dan dr. Boyke sendiri tidak menyatakan bahwa angka ini bisa
digeneralisasi untuk remaja SMP pada umumnya.) Dengan kata lain, seks
bebas adalah penyakit sosial dan bukan trend yg marak di kalangan
remaja Indonesia.

“Apakah hubunganmu dengan orangtua harmonis?”
“Ya. Kami baik2 saja. Tidak ada masalah antara kami.” Pembawa acara
tampak puas dengan jawaban ini. Namun, Tika Bisono cukup cerdas. Ia
mengejarnya dengan pertanyaan, “Apakah kamu sering ngobrol dengan
orangtuamu?” Jawabnya, “Jarang.”
“Apakah kamu kadang-kadang membicarakan masalah cinta, naksir, …
yach, masalah remaja lah dengan orangtuamu?”
“Tidak pernah.”
“Sewaktu ngobrol, apa yg dibicarakan?”
“Paling, ditanyai gimana sekolah saya.”
Dari jawaban2 seperti ini si narasumber menyatakan bahwa hubungan
antara sang orangtua dan si anak kurang sehat. Dengan kata
lain, ‘kenyataan’ yg dikemukakan oleh pembawa acara tidak benar.

Sesudah narasumber memberitahu bahaya seks bebas di luar nikah, Bunga
ditanyai oleh pembawa acara, “Apakah kamu ingin menghentikan
kebiasaan seks bebas ini?” Jawabnya, “Tidak. Ini menyenangkan dan
[sejauh ini] tidak ada masalah.” Tika Bisono tampak tidak kaget. Ia
mengatakan, remaja seumur dia memang cenderung berpikir masa kini
saja. Barulah bila semakin bertambah usia, masa depan semakin
diperhitungkan. Di masa dewasa lah orang biasanya mulai menyesali
perilakunya di kala remaja.

“Apakah ada syarat bagi temanmu untuk dapat berhubungan seks
denganmu?” Jawabannya sungguh di luar dugaan. “Ya. Saya tidak ingin
melakukannya dengan pacar yang mencintai saya,” jawabnya.
“Dengan pacar malah tidak ingin melakukannya?”
“Ya,” tegasnya.
“Sekarang punya pacar?”
“Ya. Banyak. Tapi belum ada yang sungguh-sungguh mencintai saya.”

Akhirnya, pertanyaan terakhir dari pembawa acara merupakan yang
paling bermutu di antara pertanyaan2nya. “Apakah ada sesuatu yang
dapat menghentikan kebiasaan seks bebasmu ini?” Jawabannya cukup
menarik juga walau tidak terlalu mengejutkan aku lagi. “Ya. Bila ada
pacar yang sungguh-sungguh mencintai saya dan meminta saya
menghentikannya.”
“Walaupun seks itu masih kaurasa menyenangkan?” tanya pembawa acara
seakan tak percaya.
“Ya,” tegasnya.

Dengan demikian, secara tersirat Bunga mengakui bahwa cinta lebih
indah dan lebih menyenangkan daripada seks bebas. Tampaknya, penyebab
utama perilaku seks bebasnya bukanlah mencari kesenangan biologis,
melainkan karena kebutuhannya untuk dicintai pada masa remaja ini
belum terpenuhi. Lagi-lagi ‘teori’ si pembawa acara terpatahkan.

Hayoo.. gimana nih anak muda ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thank yg dah komentar